KECENDERUNGAN (tentang manusia)

Sebarkan Berita

poto ilustrasi

Focusflas.id Tulungagung 28/04/2022 – Seringkali kita mendengar ungkapan “semua manusia berkecenderungan untuk berbuat sama ketika mendapat kesempatan”. Statement ini biasanya diungkapkan bila kita sedang dalam pembahasan tentang perilaku menyimpang, suatu misal tindak pidana korupsi (proyek BPNT, BSM dst), mark up, mencuri dst. Yang menarik adalah mengapa statement itu dikeluarkan?? Mengapa mereka berpemikiran seolah semua manusia sama?? Dst. Ini kiranya yang menggelitik penulis untuk menyodorkan opininya dalam tulisan singkat ini.

Pertama kali, opini tentang manusia ini ditujukan kepada manusia tentunya.

Membahas tentang manusia, teringat akan mata kuliah psykologi dimana disebutkan terdapatnya sebuah penelitian ilmiah yang dilakukan oleh 2 orang ahli Amerika pada medio 70an yang mengambil sample di hampir 50 negara. Big five, ya….inilah penelitian yang pernah dilakukan terkait kecenderungan manusia dan menggolongkannya dalam 5 besar sifat ; Keterbukaan, Kesadaran, Ekstraversi, Kesesuaian dan Neurotisisme.

Tidak dapat kita pungkiri big five itulah yang menjadi sifat dasar manusia dalam membuat pilihan kualitasnya disamping  keahlian, pengetahuan dan sikap. Tetapi kondisi ideal itu sulit untuk didapatkan dan faktanya memang tidak semua mampu terpenuhi dalam diri seseorang tentunya. Hal ini terjadi karena sikap/perilaku berhubungan erat dengan kepribadian.

Adanya anggapan bahwa manusia memiliki khas yang tidak berubahpun dalam kenyataannya, sifat atau perilaku dalam diri seorang manusia itu dapat berubah sesuai dengan yang diinginkannya karena pada dasarnya sifat atau perilaku itu bukan hanya bawaan, saja, seiring dengan umur dan pergaulan, maka berpotensi terjadi akulturasi-sentuhan sentuhan-percampuran sehingga sifat manusia mengalami “pewarnaan” oleh manusia lain. Ada pepatah jawa “galangan kalah karo golongan”, barangkali inilah yang dimaksudkan oleh nenek moyang kita dulu, bahwa sebaiknya sifat damental laku baik yang dibentuk oleh orang tua/keluarga/guru pun tetap dapat berubah menjadi buruk dipengaruhi oleh komunitas/pergaulannya.

Peter Lauster (pakar psikologi jerman) mengatakan bahwa seseorang tidak perlu ragu akan perilakunya yang “jelek” karena setiap perilaku yang ada akan dapat berubah sedikit demi sedikit seiring dengan pengaruh dan proses perjalanan waktu yang dijalaninya. Apabila manusia ingin mencapai kehidupan yang lebih berarti maka dengan kesadaran penuh dia harus mengubah perilakunya yang “jelek” dan merugikan manusia lain, menjadi perilaku yang “lebih baik” dan menguntungkan. Artinya kurang lebih adalah bahwa ungkapan yang menjadi motiv opini ini tidaklah benar adanya. Bahwa orang/manusia akan selalu berkecenderungan berperilaku koruptif (misalnya) bila mendapatkan kesempatan yang sama adalah kesimpulan picik yang tidak berdasar atau hanya sekadar pemikiran “mempersamakan” saja dengan tujuan legitimasi perilaku buruknya. Justru kecenderungan terjadi sebaliknya, bahwa dengan adanya perubahan dari buruk menjadi baik karena dorongan dari dalam, dominan terjadi pada diri manusia, misalnya faktor usia- mental dan spirituil (agama).

Penulis tanpa gelar

red-focusflash

dukung informasi ter-update